Pemerintah Indonesia menegaskan ambisinya untuk menyalip Vietnam dan menjadi produsen kopi terbesar kedua di dunia. Saat ini, Indonesia masih menempati posisi keempat dengan produksi tahunan lebih dari 700 ribu ton, jauh tertinggal dari Vietnam yang menghasilkan sekitar 1,8 juta ton per tahun.
Upaya Meningkatkan Produktivitas
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyebut bahwa peningkatan produktivitas menjadi kunci. Pemerintah mendorong penggunaan bibit unggul, perbaikan pasca panen, serta pengemasan yang lebih kompetitif agar kopi Indonesia memiliki daya saing lebih tinggi di pasar global.
“Indonesia memiliki lahan kopi yang luas dari Aceh hingga Papua. Dengan manajemen yang tepat, kita bisa mengoptimalkan potensi ini dan meningkatkan posisi Indonesia di kancah internasional,” ujarnya.
Kekayaan Varietas Kopi Nusantara
Indonesia memiliki kekuatan pada keragaman jenis kopi. Hingga kini tercatat 54 Indikasi Geografis (IG) yang telah diakui: 26 kopi Arabika, 24 kopi Robusta, tiga jenis Liberika, dan satu Excelsa. Pengakuan ini memperkuat branding kopi nusantara sekaligus membuka peluang nilai tambah di pasar premium.
Kinerja Ekspor dan Impor
Badan Pusat Statistik mencatat bahwa sepanjang Januari–September 2024, Indonesia mengekspor 342.220 ton kopi dengan nilai sekitar US$1,49 miliar. Tiga pasar utama ekspor adalah Filipina, Amerika Serikat, dan Malaysia. Pada periode yang sama, impor kopi mencapai 67.650 ton senilai US$319,84 juta, yang sebagian besar digunakan untuk kebutuhan industri dalam negeri.
Tantangan yang Harus Diatasi
Meski memiliki lahan lebih luas dibanding Vietnam, produktivitas kopi Indonesia per hektar masih rendah. Faktor yang memengaruhi antara lain keterbatasan teknologi budidaya, lemahnya pengelolaan pasca panen, serta infrastruktur yang belum merata. Selain itu, kualitas kemasan dan rantai pasok juga perlu diperbaiki agar produk kopi nusantara mampu bersaing di pasar internasional dengan harga lebih tinggi.
Jalan Panjang Menuju Target
Ambisi Indonesia untuk menyalip Vietnam bukan hal yang mudah, tetapi peluang tetap terbuka. Dengan sinergi pemerintah, petani, dan pelaku industri, target tersebut dapat tercapai dalam jangka menengah hingga panjang.
📌 Sumber: Jakarta Globe, Antara News, Kompas (2025).